"WAKTU DI BANGKU TAMAN"

Ku termenung seorang diri di bangku taman. Saat itu menunjukan pukul 8 pagi. Udara yang masih segar mengalir memasuki kedua lubang hidungku, masih terasa murni belum tercampur racun polusi. Ku mendongak ke atas memandangi awan di langit, lama sekali. Kulihat awan-awan yang bergerak ke utara, tertiup angin. Perlahan tapi pasti. Bahkan terkadang angin juga membelai leher, wajah, dan rambutku. Daun-daun kering pun tak jarang menari karena terhempas angin tersebut. Menyegarkan. Biru dan cerah sekali langit pada waktu itu. Kicauan burung sesekali terdengar di pohon yang rindang disana. Aku masih ingat sekali suara merdu burung tersebut. Sangat menenangkan.


Tak terasa, ada seseorang yang telah duduk di samping bangku taman tempatku berada. Dia menepuk bahu kiriku sambil berucap, "Hei!". Aku pun menoleh, memicingkan mata untuk melihat siapa dia secara jelas. Setelah tahu, lalu akupun tersenyum kepadanya. Dia pun membalas senyumanku. Dia adalah sabahat lamaku. Dia terlihat tua, tua sekali. Mukannya sudah dipenuhi oleh keriput dan bercak-bercak hitam. Rambutnya pun dipenuhi uban, putih keseluruhan. Punggungnya terlihat sudah bungkuk dan di tanganya membawa tongkat, mungkin untuk membantunya berjalan pikirku. Helaan nafasnya pun sudah berat. Sebenarnya dia umurnya berapa tahun?


Lalu sahabatku pun bertanya, "Kau sudah lama disini? Tadi kulihat cucumu sedang bermain di halaman rumah anakmu, sendirian!", begitu ucapnya. Aku pun mulai mengerutkan dahi, berfikir. Kulewatkan menapat langit biru yang cerah itu dan mulai menengok dan kutatap wajah sahabatku dalam-dalam. Apa sebenarnya yang dia pikirkan, tanyaku dalam hati. Aku punya cucu? Menikah pun belum! lanjutku membatin. Kulihat perubahan rona wajah sahabatku, dia bingung, sangat bingung. Dia malah menatap balik wajahku, sangat dalam seakan-akan dia sedang mereka-reka dan menunggu jawaban apa yang akan keluar dari mulutku. Aku pun kembali menatap langit yg biru, menghisap udara yang segar sambil menutup kedua mata.


Karena terlalu lama aku acuhkan akhirnya sahabatku (yang sudah kukenal semenjak duduk di bangku sekolah itu) pun menjadi kesal, dia menggerutu, dan sambil kesusahan membawa tubuh rentanya dia pun menghilang dari kejauhan. Aku hanya bisa iba melihat perubahan yang sangat cepat terhadapnya. Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Dan, ketika aku akan bangkit dari duduk punggungku rasanya seperti mau patah. Sangat berat dan sangat susah untuk digerakan. Ada apa ini? Aku khan masih muda? Apa yang terjadi? Bingung. Aku pun pasrah dan kembali terduduk di bangku taman tsb. Aku pun menunduk. Waktu melihat kedua telapak tanganku yang terbuka, aku pun refleks menitikan air mata.


Ternyata aku sudah duduk di bangku taman ini selama lima puluh tahun lamanya.






#TimeFlies #RuangMemoriOtak #Regenerasi #NovelYangJanggal (y) (y) (y)

Komentar

Postingan Populer